KUNCI SUKSES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
Posted by: alhudri on: 18 oktober 2011
Oleh: Prof. Dr. Imam Suyitno, M.Pd
Pengantar
Menghadapi Ujian Nasional (UN) merupakan saat yang merisaukan banyak pihak. Pada saat itu, hasil belajar anak selama 3 tahun ditentukan kelulusannya. Dengan menggunakan instrumen soal yang mengukur penguasaan konsep, anak harus mencapai nilai minimal pada setiap mata pelajaran untuk memastikan lulus dengan aman. UN boleh dikatakan sebagai saat yang paling menegangkan bukan saja bagi anak, tetapi juga bagi Guru, sekolah dan orang tua. Sesungguhnya UN bukan saja ujian bagi kemampuan penguasaan materi pelajaran bagi anak, tetapi bagi Guru juga merupakan ujian bagi proses pembelajaran yang diciptakan bagi anak. Bagi sekolah, UN merupakan ujian bagi kebijakan, strategi dan pendekatan yang diterapkan dalam pembinaan anak . Bagi orang tua, UN merupakan ujian bagi bibit yang diturunkan sekaligus kepercayaan diri dalam hubungan sosial di masyarakat.
Banyak upaya yang dilakukan oleh sekolah, orang tua dan siswa sendiri dalam memantapkan kesiapan menghadapi UN. Beberapa Sekolah menambahkan jam belajar regular bagi mata pelajaran yang di-UN-kan dengan mengambil jam pelajaran praktik, memberikan les tambahan pada sore hari dan hari sabtu, bimbingan tes, kerja sama dengan bimbingan belajar, dan lain-lain. Bahkan, orang tua menambahkan lagi dengan les privat di rumah, sementara siswa menambah jam belajar kelompok dan internet. Semuanya demi meningkatkan keyakinan dan kepercayaan diri menghadapi Ujian. Celakanya, jika kegiatan tersebut tidak diimbangi dengan refresing bisa menyebabkan anak jadi stres dan depresi.
Guru pengampu mata pelajaran yang di-UN-kan merasa paling berdosa ketika siswa yang diajarnya banyak yang tidak lulus dalam menempuh UN. Ia merasa bahwa UN menjadi beban berat bagi dirinya karena ia merasa bahwa keberhasilan anak dalam UN menjadi tanggung jawabnya. Jika anak banyak yang gagal menempuh UN, ia merasa mendapatkan cap negatif dari berbagai pihak yang mengena pada dirinya. Namun, sebaliknya jika siswanya banyak yang lulus menempuh UN, ia merasa bangga dan merasa berhasil dalam mendidik anak-anaknya. Karena itu, dengan berbagai cara guru berusaha membekali anak agar mereka dapat lulus UN. Dengan demikian, UN disikapi sebagai tujuan akhir dari suatu proses panjang pelaksanaan pendidikan di sekolah, bukan sebagai sarana pengukuran yang menyelamatkan anak untuk proses pendidikan dan kehidupan selanjutnya.
Benarkah bahwa keberhasilan dalam menempuh UN menjadi tujuan akhir dalam proses pembelajaran? Benarkah bahwa keberhasilan UN memang merupakan keberhasilan pendidikan di negara tercinta ini? Benarkah bahwa keberhasilan UN merupakan jaminan bagi anak untuk sukses dalam kehidupan di masyarakat? Jika demikian halnya, masihkah diperlukan peningkatan program-program pelatihan guru yang bertujuan meningkatkan performansi mengajarnya? Adakah hubungan antara hasil pelatihan guru tersebut dengan peningkatan prestasi siswa dalam menempuh UN? Benarkah bahwa guru yang menerapkan strategi pembelajaran berdasarkan tuntutan KTSP tidak dapat memenuhi dan membekali siswanya untuk menghadapi UN? Masih banyak pertanyaan lainnya yang selalu mempertentangkan tuntutan proses pembelajaran dengan evaluasi akhir pembelajarannya, yakni mempertanyakan tuntutan implementasi KTSP dengan tuntutan UN.
Baca selengkapnya..klik >
Banyak upaya yang dilakukan oleh sekolah, orang tua dan siswa sendiri dalam memantapkan kesiapan menghadapi UN. Beberapa Sekolah menambahkan jam belajar regular bagi mata pelajaran yang di-UN-kan dengan mengambil jam pelajaran praktik, memberikan les tambahan pada sore hari dan hari sabtu, bimbingan tes, kerja sama dengan bimbingan belajar, dan lain-lain. Bahkan, orang tua menambahkan lagi dengan les privat di rumah, sementara siswa menambah jam belajar kelompok dan internet. Semuanya demi meningkatkan keyakinan dan kepercayaan diri menghadapi Ujian. Celakanya, jika kegiatan tersebut tidak diimbangi dengan refresing bisa menyebabkan anak jadi stres dan depresi.
Guru pengampu mata pelajaran yang di-UN-kan merasa paling berdosa ketika siswa yang diajarnya banyak yang tidak lulus dalam menempuh UN. Ia merasa bahwa UN menjadi beban berat bagi dirinya karena ia merasa bahwa keberhasilan anak dalam UN menjadi tanggung jawabnya. Jika anak banyak yang gagal menempuh UN, ia merasa mendapatkan cap negatif dari berbagai pihak yang mengena pada dirinya. Namun, sebaliknya jika siswanya banyak yang lulus menempuh UN, ia merasa bangga dan merasa berhasil dalam mendidik anak-anaknya. Karena itu, dengan berbagai cara guru berusaha membekali anak agar mereka dapat lulus UN. Dengan demikian, UN disikapi sebagai tujuan akhir dari suatu proses panjang pelaksanaan pendidikan di sekolah, bukan sebagai sarana pengukuran yang menyelamatkan anak untuk proses pendidikan dan kehidupan selanjutnya.
Benarkah bahwa keberhasilan dalam menempuh UN menjadi tujuan akhir dalam proses pembelajaran? Benarkah bahwa keberhasilan UN memang merupakan keberhasilan pendidikan di negara tercinta ini? Benarkah bahwa keberhasilan UN merupakan jaminan bagi anak untuk sukses dalam kehidupan di masyarakat? Jika demikian halnya, masihkah diperlukan peningkatan program-program pelatihan guru yang bertujuan meningkatkan performansi mengajarnya? Adakah hubungan antara hasil pelatihan guru tersebut dengan peningkatan prestasi siswa dalam menempuh UN? Benarkah bahwa guru yang menerapkan strategi pembelajaran berdasarkan tuntutan KTSP tidak dapat memenuhi dan membekali siswanya untuk menghadapi UN? Masih banyak pertanyaan lainnya yang selalu mempertentangkan tuntutan proses pembelajaran dengan evaluasi akhir pembelajarannya, yakni mempertanyakan tuntutan implementasi KTSP dengan tuntutan UN.
Baca selengkapnya..klik >
Kekhawatiran dan kegelisahan guru akan kegagalan siswanya dalam menempuh UN sering menghantui para guru dalam menjalankan prinsip pembelajaran yang memenuhi standar proses sebagaimana yang dituntut oleh kurikulum. Ketika mendekati saat-saat UN, proses pembelajaran mengalami perubahan dari prinsip penyajian materi yang mengarah pada pencapaian kompetensi dasar minimal yang dituntut oleh kurikulum ke arah pelatihan menjawab soal-soal ujian. Guru sering memampatkan materi pembelajarannya pada awal-awal semester dengan alasan agar sisa waktu yang ada dapat dimanfaatkan untuk membekali siswa tentang strategi menjawab soal tes. Sekumpulan butir soal UN yang telah lalu diberikan kepada siswa dan siswa ditugasi menjawab butir demi butir soal-soal itu. Mengapa cara demikian yang ditempuh oleh guru? Jawabannya adalah guru khawatir jangan-jangan siswanya tidak siap menghadapi UN dan banyak yang gagal dalam menempuh UN.
Kekhawatiran tersebut mestinya tidak perlu terjadi jika guru yakin bahwa pembelajaran yang telah dilakukannya adalah yang terbaik dan telah diupayakan dengan sungguh-sungguh sehingga setiap butir kompetensi yang diprogramkan tercapai secara tuntas. Siswa yang telah mencapai kompetensi dasar secara tuntas akan dapat menjawab persoalan yang berkaitan dengan kompetensinya itu. Siswa yang memiliki kompetensi menulis surat undangan formal akan mampu menuliskan komponen-komponen surat resmi, menyusun sistematika surat resmi, menggunakan bahasa yang sesuai dengan tuntutan keformalan, dan sebagainya. Siswa yang memiliki kemampuan menulis surat undangan resmi rapat akan mampu juga menulis surat undangan untuk acara lainnya. Jika siswa masih bingung atau gagal menyusun surat undangan tersebut, ketuntasan capai kompetensi dasar tersebut berarti belum terpenuhi. Hal ini dapat diibaratkan ”jika siswa dapat mengendarai motor merek honda, ia juga akan bisa mengendarai motor merek yamaha” karena kompetensi mengendari motor sudah dimiliki oleh siswa.
Kekhawatiran guru akan kegagalan siswa merupakan sikap yang baik dari para guru karena kecintaan dan rasa tanggung jawabnya dalam menjaalankan fungsinya sebagai guru. Namun, kekhawatiran itu seharusnya tidak sampai meninggalkan atau mengubah prinsip pembelajaran yang berorientasi pada capaian kompetensi ke arah pembelajaran yang berorientasi pada capaian kemampuan teknis dalam menjawab soal-soal UN. Untuk menghilangkan kekhawatiran tersebut, ada beberapa sikap yang perlu dimiliki oleh guru, yakni
a) yakinlah bahwa kegiatan belajar yang telah dilakukan telah memberikan bekal kepada para siswa untuk menghadapi perihal baru yang setara,
b) percayalah bahwa siswa juga memiliki keinginan untuk sukses dalam ujian dan selalu berusaha untuk mencapai kesuksesan itu,
c) tanamkan pada perasaan diri sendiri bahwa kesuksesan dan kegagalaan siswa dalam UN ditentukan oleh banyak variabel, bukan hanya guru satu-satunya penentunya,
d) dorong dan berilah motivasi kepada para siswa untuk lebih meningkatkan bekal kemampuannya dalam menghadapi UN dengan sebaik-baiknya, dan
e) berilah latihan-latihan yang mempertajam dan memperluas kompetensi dasar siswa, bukan sekadar latihan-latihan teknis yang mengarah pada kompetensi semu.
Kekhawatiran tersebut mestinya tidak perlu terjadi jika guru yakin bahwa pembelajaran yang telah dilakukannya adalah yang terbaik dan telah diupayakan dengan sungguh-sungguh sehingga setiap butir kompetensi yang diprogramkan tercapai secara tuntas. Siswa yang telah mencapai kompetensi dasar secara tuntas akan dapat menjawab persoalan yang berkaitan dengan kompetensinya itu. Siswa yang memiliki kompetensi menulis surat undangan formal akan mampu menuliskan komponen-komponen surat resmi, menyusun sistematika surat resmi, menggunakan bahasa yang sesuai dengan tuntutan keformalan, dan sebagainya. Siswa yang memiliki kemampuan menulis surat undangan resmi rapat akan mampu juga menulis surat undangan untuk acara lainnya. Jika siswa masih bingung atau gagal menyusun surat undangan tersebut, ketuntasan capai kompetensi dasar tersebut berarti belum terpenuhi. Hal ini dapat diibaratkan ”jika siswa dapat mengendarai motor merek honda, ia juga akan bisa mengendarai motor merek yamaha” karena kompetensi mengendari motor sudah dimiliki oleh siswa.
Kekhawatiran guru akan kegagalan siswa merupakan sikap yang baik dari para guru karena kecintaan dan rasa tanggung jawabnya dalam menjaalankan fungsinya sebagai guru. Namun, kekhawatiran itu seharusnya tidak sampai meninggalkan atau mengubah prinsip pembelajaran yang berorientasi pada capaian kompetensi ke arah pembelajaran yang berorientasi pada capaian kemampuan teknis dalam menjawab soal-soal UN. Untuk menghilangkan kekhawatiran tersebut, ada beberapa sikap yang perlu dimiliki oleh guru, yakni
a) yakinlah bahwa kegiatan belajar yang telah dilakukan telah memberikan bekal kepada para siswa untuk menghadapi perihal baru yang setara,
b) percayalah bahwa siswa juga memiliki keinginan untuk sukses dalam ujian dan selalu berusaha untuk mencapai kesuksesan itu,
c) tanamkan pada perasaan diri sendiri bahwa kesuksesan dan kegagalaan siswa dalam UN ditentukan oleh banyak variabel, bukan hanya guru satu-satunya penentunya,
d) dorong dan berilah motivasi kepada para siswa untuk lebih meningkatkan bekal kemampuannya dalam menghadapi UN dengan sebaik-baiknya, dan
e) berilah latihan-latihan yang mempertajam dan memperluas kompetensi dasar siswa, bukan sekadar latihan-latihan teknis yang mengarah pada kompetensi semu.
Pembelajaran dengan Berlatih Mengerjakan Soal UN
Pada minggu-minggu terakhir, pembelajaran di kelas akhir pada setiap jenjang pendidikan banyak diorientasikan pada penyelesaian soal-soal ujian. Siswa dilatih secara terus-menerus menjawab soal-soal tes yang diperoleh dari soal-soal ujian sebelumnya. Pembelajaran demikian ini lebih mirip dengan upaya nelayan menebar jaring yang mengharapkan ada ikan yang lewat sehingga tersangkut pada jaring itu. Kenyataan ini sama dengan harapan guru, yakni dengan banyak dilatih mengerjakan soal, siswa akan dapat menangkap jawaban soal itu jika ada soal yang sejenis yang lewat atau keluar lagi pada ujian yang akan datang.
Soal-soal yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran adalah butir soal pilihan ganda sesuai dengan karakteristik soal yang digunakan dalam UN. Butir soal pilihan ganda adalah butir soal yang telah disediakan jawabannya. Peserta tes hanya membaca dan memahami perintah dan pertanyaan kemudian menentukan 1 dari 5 pilihan jawaban sesuai dengan permintaan soal. Dalam hal ini, peserta tes tidak harus mengarang/menentukan sendiri jawaban atas perintah/pertanyaan soal. Karena itu, pembelajaran yang hanya berorientasi pada latihan-latihan mengerjakan soal pilihan ganda ini memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungan dan kelemahan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
Keuntungan
• Siswa memperoleh pemahaman material
• Siswa akan dapat mengerjakan soal yang materinya sejenis atau sama
• Siswa pandai menebak jawaban
• Siswa kaya akan materi soal
• Siswa hafal akan materi soal
• Siswa memiliki kekayaan teknis menentukan jawaban soal
Kelemahan
• Siswa hanya akan menggunakan strategi berpikir semu
• Pemahaman siswa mungkin hanya sebatas materi, sehingga ia akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada materi baru
• Siswa terbebani menyerap dan menghafal materi yang beragam sehingga capaian kompetensi kurang optimal
• Pemahaman siswa hanya bersifat mekanis sehingga kemampuan aplikasi dan kemampuan analisis siswa menjadi kurang
• Pembelajaran menjadi miskin aktivitas sehingga membatasi siswa berlatih berpikir secara luas dan kreatif
• Pembelajaran cenderung menyajikan materi bukan mencapai kompetensi
Pada minggu-minggu terakhir, pembelajaran di kelas akhir pada setiap jenjang pendidikan banyak diorientasikan pada penyelesaian soal-soal ujian. Siswa dilatih secara terus-menerus menjawab soal-soal tes yang diperoleh dari soal-soal ujian sebelumnya. Pembelajaran demikian ini lebih mirip dengan upaya nelayan menebar jaring yang mengharapkan ada ikan yang lewat sehingga tersangkut pada jaring itu. Kenyataan ini sama dengan harapan guru, yakni dengan banyak dilatih mengerjakan soal, siswa akan dapat menangkap jawaban soal itu jika ada soal yang sejenis yang lewat atau keluar lagi pada ujian yang akan datang.
Soal-soal yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran adalah butir soal pilihan ganda sesuai dengan karakteristik soal yang digunakan dalam UN. Butir soal pilihan ganda adalah butir soal yang telah disediakan jawabannya. Peserta tes hanya membaca dan memahami perintah dan pertanyaan kemudian menentukan 1 dari 5 pilihan jawaban sesuai dengan permintaan soal. Dalam hal ini, peserta tes tidak harus mengarang/menentukan sendiri jawaban atas perintah/pertanyaan soal. Karena itu, pembelajaran yang hanya berorientasi pada latihan-latihan mengerjakan soal pilihan ganda ini memiliki keuntungan dan kelemahan. Keuntungan dan kelemahan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.
Keuntungan
• Siswa memperoleh pemahaman material
• Siswa akan dapat mengerjakan soal yang materinya sejenis atau sama
• Siswa pandai menebak jawaban
• Siswa kaya akan materi soal
• Siswa hafal akan materi soal
• Siswa memiliki kekayaan teknis menentukan jawaban soal
Kelemahan
• Siswa hanya akan menggunakan strategi berpikir semu
• Pemahaman siswa mungkin hanya sebatas materi, sehingga ia akan mengalami kesulitan jika dihadapkan pada materi baru
• Siswa terbebani menyerap dan menghafal materi yang beragam sehingga capaian kompetensi kurang optimal
• Pemahaman siswa hanya bersifat mekanis sehingga kemampuan aplikasi dan kemampuan analisis siswa menjadi kurang
• Pembelajaran menjadi miskin aktivitas sehingga membatasi siswa berlatih berpikir secara luas dan kreatif
• Pembelajaran cenderung menyajikan materi bukan mencapai kompetensi
Latihan mengerjakan soal-soal tes dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran jika latihan-latihan tersebut dikemas dengan maksud mempertajam capaian kompetensi dasar siswa. Butir-butir soal pilihan ganda dapat dimanfaatkan sebagai bahan berlatih penajaman kompetensi tersebut, yakni dengan cara mengubah butir soal piliihan ganda tersebut menjadi kasus yang harus dicari solusinya oleh siswa. Pilihan jawaban dilepaskan dari butir kasus dan ditunjukkan kepada siswa setelah siswa berusaha menemukan jawaban kasus itu. Berdasarkan temuan yang telah diupayakan, siswa menentukan pilihan jawaban benar untuk kasus itu dari beberapa alternatif pilihan jawaban yang tersedia. Dengan cara demikian, siswa akan menggunakan proses berpikir tingkat tinggi, yakni problem solving.
Guru yang akan melatihkan kemampuan siswa dalam menyimpulkan isi paragraf dengan menggunakan soal dapat dicontohkan dengan cara sebagai berikut.
Guru yang akan melatihkan kemampuan siswa dalam menyimpulkan isi paragraf dengan menggunakan soal dapat dicontohkan dengan cara sebagai berikut.
Pada tahun 1952, jumlah wisatawan 25 juta dengan penerimaan sekitar 2 milyar dolar. Dalam tahun 1960, sebelum terjadi krisis minyak, jumlah wisatawan di dunia mencapai 69,3 juta (pendapatan US $6,9 milyar). Dalam tahun 1970, awal terjadinya krisis minyak, jumlah wisatawan dunia meningkat menjadi 159,7 juta (pendapatan US $17,9 milyar). Dalam tahun 1975, yang termasuk periode krisis minyak, jumlah wisatawan bukannya menurun, tapi bahkan meningkat menjadi 214,4 juta (pendapatan US $ 40,7 milyar). Bahkan, dalam tahun 1985, periode resesi dunia, jumlah wisatawan masih meningkat lagi menjadi 325 juta (pendapatan US $105 milyar).
Simpulan yang dapat diambil dari teks di atas adalah
A. jumlah wisatawan dari tahun ke tahun selalu mengalami peeningkatan
B. keuntungan dinas pariwisata setiap tahun selalu meningkat tajam
C. pariwisata tidak terpengaruh oleh perubahan situasi perekonomian dunia
D. dalam masa reses dunia, jumlah wisatawan semakin bertambah
E. sektor pariwisata tidak berkaitan dengan sektor perekonomian dunia
(KUNCI JAWABAN: C)
A. jumlah wisatawan dari tahun ke tahun selalu mengalami peeningkatan
B. keuntungan dinas pariwisata setiap tahun selalu meningkat tajam
C. pariwisata tidak terpengaruh oleh perubahan situasi perekonomian dunia
D. dalam masa reses dunia, jumlah wisatawan semakin bertambah
E. sektor pariwisata tidak berkaitan dengan sektor perekonomian dunia
(KUNCI JAWABAN: C)
Urutan pembelajaran:
1) Kepada siswa diberikan sejumlah teks paragraf soal untuk dibaca dan dipahami isinya.
2) Siswa diminta mendiskusikan simpulan isi paragraf.
3) Siswa diminta menuliskan/menyampaikan temuan hasil diskusinya dan menyampaikan alasannya
4) Kepada siswa diberikan alternatif jawaban soal di atas untuk dipilih yang sesuai dengan temuan hasil diskusinya.
5) Kepada siswa diberikan kunci jawaban soal.
6) Siswa mencocokkan pilihan jawabannya kemudian bersama-sama membahasnya.
Cara demikian ini dapat dilakukan untuk berbagai ragam soal sehingga dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses belajar menemukan sendiri. Siswa akan secara aktif berusaha dan berlatih mengembangkan kompetensinya.
1) Kepada siswa diberikan sejumlah teks paragraf soal untuk dibaca dan dipahami isinya.
2) Siswa diminta mendiskusikan simpulan isi paragraf.
3) Siswa diminta menuliskan/menyampaikan temuan hasil diskusinya dan menyampaikan alasannya
4) Kepada siswa diberikan alternatif jawaban soal di atas untuk dipilih yang sesuai dengan temuan hasil diskusinya.
5) Kepada siswa diberikan kunci jawaban soal.
6) Siswa mencocokkan pilihan jawabannya kemudian bersama-sama membahasnya.
Cara demikian ini dapat dilakukan untuk berbagai ragam soal sehingga dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses belajar menemukan sendiri. Siswa akan secara aktif berusaha dan berlatih mengembangkan kompetensinya.
• Pengingatan (Knowledge): Jenjang C1
Mengungkapkan atau mengukur kemampuan peserta tes mengenal, mengingat, dan mengetahui kembali konsep, pengertian, fakta, dan pengetahuan yang telah dipelajari. Pengetahuan yang dimaksud meliputi pengetahuan istilah, fakta, aturan/hokum, kecenderungan, klasifikasi/pengelompokan, metodologi, criteria, prinsip, teori/struktur.
• Pemahaman (Comprehension): Jenjang C2
Mengungkapkan atau mengukur kemampuan peserta tes memahami makna, situasi, konsep, dan fakta, yakni mengubah pernyataan, menyusun kembali gagasan dan menemukan serta menggunakan tatahubungan, dan menemukan data/informasi yang tersedia
• Penerapan (Aplication): Jenjang C3
Mengukur kemampuan peserta tes mempergunakan atau menerapkan apa yang telah dipelajari dalam situasi baru. Situasi tersebut perlu diciptakan, sebab jika menerapkan pada situasi yang telah dikenalnya, tidak lagi mengukur penerapan, tetapi mungkin hanya pemahaman.
• Analisis (Analysis): Jenjang C4
Mengukur kemampuan peserta tes mengenal dan menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur pembentuknya. Dalam hal ini, siswa diminta kemampuan melakukan analisis unsur pembentuk, tatahubungan, dan hubungan organisasi.
• Sintesis (Synthesis): Jenjang C5
Mengukur kemampuan peserta tes menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai factor, yakni menghasilkan suatu pernyataan unik, usulan, dan perangkat hubungan abstrak
• Evaluasi (Evaluation): Jenjang C6
Mengukur kemampuan peserta tes menilai suatu pernyataan konsep atau lainnya berdasarkan kriteria tertentu.
Mengungkapkan atau mengukur kemampuan peserta tes mengenal, mengingat, dan mengetahui kembali konsep, pengertian, fakta, dan pengetahuan yang telah dipelajari. Pengetahuan yang dimaksud meliputi pengetahuan istilah, fakta, aturan/hokum, kecenderungan, klasifikasi/pengelompokan, metodologi, criteria, prinsip, teori/struktur.
• Pemahaman (Comprehension): Jenjang C2
Mengungkapkan atau mengukur kemampuan peserta tes memahami makna, situasi, konsep, dan fakta, yakni mengubah pernyataan, menyusun kembali gagasan dan menemukan serta menggunakan tatahubungan, dan menemukan data/informasi yang tersedia
• Penerapan (Aplication): Jenjang C3
Mengukur kemampuan peserta tes mempergunakan atau menerapkan apa yang telah dipelajari dalam situasi baru. Situasi tersebut perlu diciptakan, sebab jika menerapkan pada situasi yang telah dikenalnya, tidak lagi mengukur penerapan, tetapi mungkin hanya pemahaman.
• Analisis (Analysis): Jenjang C4
Mengukur kemampuan peserta tes mengenal dan menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur pembentuknya. Dalam hal ini, siswa diminta kemampuan melakukan analisis unsur pembentuk, tatahubungan, dan hubungan organisasi.
• Sintesis (Synthesis): Jenjang C5
Mengukur kemampuan peserta tes menghasilkan sesuatu yang baru dengan jalan menggabungkan berbagai factor, yakni menghasilkan suatu pernyataan unik, usulan, dan perangkat hubungan abstrak
• Evaluasi (Evaluation): Jenjang C6
Mengukur kemampuan peserta tes menilai suatu pernyataan konsep atau lainnya berdasarkan kriteria tertentu.
1) Latihan soal sebaiknya digunakan sebagai media pembelajaran, BUKAN sebagai materi pokok yang diajarkan.
2) Pembelajaran dengan latihan soal sebaiknya didasarkan pada rumpun KD sehingga capaian kompetensi lebih terfokus.
3) Pilah dan kelompokkan butir soal yang akan digunakan dalam pembelajaran berdasarkan rumpun KD-nya.
4) Latihan soal tetap diarahkan pada capaian KD, BUKAN hanya upaya menyelesaikan dan menjawab soal.
5) Hindari pemahaman semu siswa dengan cara mengembangkan jawaban dari pertanyaan APA, BAGAIMANA, dan MENGAPA.
6) Berikan beragam butir soal untuk mengembangkan caaian setiap KD dan memantapkan pemahaman siswa.
7) Kembangkan aktivitas kerja kelompok, pencarian sendiri, dan diskusi dalam pembelajaran untuk pemecahan masalah dan penemuan jawaban soal.
Susunlah program/jadwal pembelajaran dengan cara pemetaan sejumlah KD.
2) Pembelajaran dengan latihan soal sebaiknya didasarkan pada rumpun KD sehingga capaian kompetensi lebih terfokus.
3) Pilah dan kelompokkan butir soal yang akan digunakan dalam pembelajaran berdasarkan rumpun KD-nya.
4) Latihan soal tetap diarahkan pada capaian KD, BUKAN hanya upaya menyelesaikan dan menjawab soal.
5) Hindari pemahaman semu siswa dengan cara mengembangkan jawaban dari pertanyaan APA, BAGAIMANA, dan MENGAPA.
6) Berikan beragam butir soal untuk mengembangkan caaian setiap KD dan memantapkan pemahaman siswa.
7) Kembangkan aktivitas kerja kelompok, pencarian sendiri, dan diskusi dalam pembelajaran untuk pemecahan masalah dan penemuan jawaban soal.
Susunlah program/jadwal pembelajaran dengan cara pemetaan sejumlah KD.
a. Membangun Sikap Awal
1) Bersikap tenang dan senang menghadapi naskah ujian, jangan gugup dan takut.
2) Merasa yakin bahwa bekal dimiliki telah cukup menjawab soal-soal ujian.
3) Tumbuhkan kepercayaan diri bahwa Anda bisa mengerjakan semua soal dengan baik.
4) Berdoa memohon kekuatan dan bimbingan dari Tuhan untuk kelancaran dan kemudahan dalam mengerjakan soal.
5) Menulis identitas diri secara teliti sesuai dengan petunjuk.
6) Membaca semua perintah yang tertuang dalam naskah soal dengan cermat.
7) Mengecek dan memastikan bahwa lembar naskah soal telah lengkap.
Jangan tergesa-gesa, yakinlah bahwa waktu yang tersedia untuk mengerjakan cukup.
9) Hindari sikap bergantung pada orang lain.
1) Bersikap tenang dan senang menghadapi naskah ujian, jangan gugup dan takut.
2) Merasa yakin bahwa bekal dimiliki telah cukup menjawab soal-soal ujian.
3) Tumbuhkan kepercayaan diri bahwa Anda bisa mengerjakan semua soal dengan baik.
4) Berdoa memohon kekuatan dan bimbingan dari Tuhan untuk kelancaran dan kemudahan dalam mengerjakan soal.
5) Menulis identitas diri secara teliti sesuai dengan petunjuk.
6) Membaca semua perintah yang tertuang dalam naskah soal dengan cermat.
7) Mengecek dan memastikan bahwa lembar naskah soal telah lengkap.
Jangan tergesa-gesa, yakinlah bahwa waktu yang tersedia untuk mengerjakan cukup.
9) Hindari sikap bergantung pada orang lain.
b. Membangun Sikap Cermat Ketika Mengerjakan Soal Ujian
1) Mengenali wujud butir soal. Wujud butir soal UN ada dua macam, yakni butir soal yang terdiri atas (a) stem (teks/kasus), soal, pilihan jawaban (MODEL 1), (b) soal dan pilihan jawaban (MODEL 2)
2) Mengerjakan butir soal MODEL 1 dengan cara membaca pertanyaan/perintah soal, membaca cepat dan temukan jawaban pada stem soal, memilih dan menentukan jawaban sesuai dengan temuan.
3) Mengerjakan butir soal MODEL 2 dengan cara membaca pertanyaan/perintah soal, mencermati setiap pilihan jawaban, memilih dan menentukan jawaban yang sesuai dengan permintaan soal.
4) Jika mengalami keraguan dalam menentukan pilihan jawaban, berilah tanda pada butir yang meragukan dan beralihlah ke soal selanjutnya.
5) Jika sudah selesai sampai butir terakhir, kembalilah ke butir soal yang meragukan yang belum ditentukan jawabannya.
6) Jika waktu masih tersedia, periksalah sekali lagi semua jawaban yang sudah dipilihnya.
1) Mengenali wujud butir soal. Wujud butir soal UN ada dua macam, yakni butir soal yang terdiri atas (a) stem (teks/kasus), soal, pilihan jawaban (MODEL 1), (b) soal dan pilihan jawaban (MODEL 2)
2) Mengerjakan butir soal MODEL 1 dengan cara membaca pertanyaan/perintah soal, membaca cepat dan temukan jawaban pada stem soal, memilih dan menentukan jawaban sesuai dengan temuan.
3) Mengerjakan butir soal MODEL 2 dengan cara membaca pertanyaan/perintah soal, mencermati setiap pilihan jawaban, memilih dan menentukan jawaban yang sesuai dengan permintaan soal.
4) Jika mengalami keraguan dalam menentukan pilihan jawaban, berilah tanda pada butir yang meragukan dan beralihlah ke soal selanjutnya.
5) Jika sudah selesai sampai butir terakhir, kembalilah ke butir soal yang meragukan yang belum ditentukan jawabannya.
6) Jika waktu masih tersedia, periksalah sekali lagi semua jawaban yang sudah dipilihnya.
Memanfaatkan Kekuatan Diri dalam Mencapai Sukses
Dalam diri manusia terdapat kekuatan yang sangat dahsyat yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kesuksesan diri. Kekuatan diri yang dimaksudkan sebagai berikut.
Dalam diri manusia terdapat kekuatan yang sangat dahsyat yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kesuksesan diri. Kekuatan diri yang dimaksudkan sebagai berikut.
a. Kekuatan Pikiran
Pikiran manusia memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Semua produk di dunia ini dijadikan, digerakkan, dan dimulai dari alam pikiran manusia. Kekuatan pikiran dan jiwa akan membantu mencari sasaran sesuai dengan takaran pikiran manusia itu sendiri. Manusia dapat mencapai sukses bukan karena raut mukanya, tapi karena mental dan pikirannya. Karena itu, hindari karakteristik pemikir negatif, tidak percaya diri, selalu bimbang dan ragu, “lunak” pada diri sendiri, takut tantangan, dan pasrah pada keadaan. Jangan sampai kita merasa miskin mental, karena miskin mental sangat bertolak belakang dengan sukses. Karakteristik citra diri yang seharusnya kita miliki adalah karakteristik citra diri positif, yakni selalu memiliki tujuan besar, penuh keyakinan, percaya diri, optimis aktif, tegar, senang tantangan, dan open minded, Karena SUKSES membutuhkan komitmen, pengorbanan,perjuangan, keuletan, dan kegigihan. Jangan mengharap semua lancar, tapi berusahalah agar semua lancar, karena kesuksesan adalah milik siapa saja yang benar-benar menyadari, menginginkan, memperjuangkan dengan sepenuh hati, dan berusaha untuk tidak mengeluh terhadap apapun yang terjadi.
Pikiran manusia memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Semua produk di dunia ini dijadikan, digerakkan, dan dimulai dari alam pikiran manusia. Kekuatan pikiran dan jiwa akan membantu mencari sasaran sesuai dengan takaran pikiran manusia itu sendiri. Manusia dapat mencapai sukses bukan karena raut mukanya, tapi karena mental dan pikirannya. Karena itu, hindari karakteristik pemikir negatif, tidak percaya diri, selalu bimbang dan ragu, “lunak” pada diri sendiri, takut tantangan, dan pasrah pada keadaan. Jangan sampai kita merasa miskin mental, karena miskin mental sangat bertolak belakang dengan sukses. Karakteristik citra diri yang seharusnya kita miliki adalah karakteristik citra diri positif, yakni selalu memiliki tujuan besar, penuh keyakinan, percaya diri, optimis aktif, tegar, senang tantangan, dan open minded, Karena SUKSES membutuhkan komitmen, pengorbanan,perjuangan, keuletan, dan kegigihan. Jangan mengharap semua lancar, tapi berusahalah agar semua lancar, karena kesuksesan adalah milik siapa saja yang benar-benar menyadari, menginginkan, memperjuangkan dengan sepenuh hati, dan berusaha untuk tidak mengeluh terhadap apapun yang terjadi.
b. Kekuatan Menentukan Pilihan
Salah satu rahasia kesuksesan adalah kemampuan menentukan pilihan. Hidup sesungguhnya adalah serangkaian pilihan yang dapat kita ambil setiap hari, setiap saat karena kita mempunyai hak dan tanggung jawab atas pilihan kita. Satu-satunya hal yang tidak dapat kita hindari adalah membuat pilihan. Jadi kita harus berani memilih dan memastikan target kita.
Salah satu rahasia kesuksesan adalah kemampuan menentukan pilihan. Hidup sesungguhnya adalah serangkaian pilihan yang dapat kita ambil setiap hari, setiap saat karena kita mempunyai hak dan tanggung jawab atas pilihan kita. Satu-satunya hal yang tidak dapat kita hindari adalah membuat pilihan. Jadi kita harus berani memilih dan memastikan target kita.
c. Kekuatan Memenuhi Keinginan
Kekuatan memenuhi keinginan merupakan kekuatan hasrat yang penuh keyakinan dan keberanian dalam memperjuangkan apa yang menjadi keinginannya.
Kekuatan memenuhi keinginan merupakan kekuatan hasrat yang penuh keyakinan dan keberanian dalam memperjuangkan apa yang menjadi keinginannya.
d. Kekuatan Melakukan Tindakan
Kekuatan aksi atau kekuatan melakukan tindakan merupakan kekuatan untuk melangkah dalam mencapai suatu target yang diinginkkan. Jika target sudah ditentukan, dan keyakinan untuk memperjuangkan sudah bergemuruh, maka mulailah melangkah. Jika target sudah ditentukan, tetapi kita tidak bertindak nyata karena takut gagal dan takut menanggung resiko, maka jangan bilang nasib anda jelek dan nasib orang lain lebih baik. Beranikan diri untuk mulai melangkah, jangan takut jatuh!
Kekuatan aksi atau kekuatan melakukan tindakan merupakan kekuatan untuk melangkah dalam mencapai suatu target yang diinginkkan. Jika target sudah ditentukan, dan keyakinan untuk memperjuangkan sudah bergemuruh, maka mulailah melangkah. Jika target sudah ditentukan, tetapi kita tidak bertindak nyata karena takut gagal dan takut menanggung resiko, maka jangan bilang nasib anda jelek dan nasib orang lain lebih baik. Beranikan diri untuk mulai melangkah, jangan takut jatuh!
e. Kekuatan untuk Berjuang
Kekuatan untuk berjuang yang dimaksud di sini adalah kegigihan. Kesuksesan hari ini tidak berarti besok kita akan meraih sukses lagi. Tanpa kesiapan diri dan berjuang lebih keras, sukses akan sulit kita pertahankan. Begitu pula kegagalan hari ini, belum tentu besok kita juga gagal. Selama masih ada semangat untuk berbenah diri dan target besar untuk diraih, sukses besar selalu menanti kita. Kehidupan akan terus berubah. Hanya manusia yang mempunyai kegigihan dan sikap mental untuk belajar dan memperbaiki diri secara konsisten yang bisa tetap eksis dan sukses dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Kegagalan bukanlah sesuatu yang harus kita takuti. Kegagalan adalah sarana intropeksi diri untuk berusaha lebih keras karena kegagalan adalah bagian kecil dari sebuah kegagalan. Sukses sejati adalah akumulasi dari kegagalan-kegagalan yang mampu diatasi.Yang terpenting bukan seberapa sering kita terjatuh dan gagal, tapi seberapa gigih kita berjuang untuk mampu bangkit kembali. Jangan takut menderita, karena hanya penderitaan hidup yang dapat mengajarkan kepada manusia akan arti keindahan dan nilai kehidupan.
Kekuatan untuk berjuang yang dimaksud di sini adalah kegigihan. Kesuksesan hari ini tidak berarti besok kita akan meraih sukses lagi. Tanpa kesiapan diri dan berjuang lebih keras, sukses akan sulit kita pertahankan. Begitu pula kegagalan hari ini, belum tentu besok kita juga gagal. Selama masih ada semangat untuk berbenah diri dan target besar untuk diraih, sukses besar selalu menanti kita. Kehidupan akan terus berubah. Hanya manusia yang mempunyai kegigihan dan sikap mental untuk belajar dan memperbaiki diri secara konsisten yang bisa tetap eksis dan sukses dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Kegagalan bukanlah sesuatu yang harus kita takuti. Kegagalan adalah sarana intropeksi diri untuk berusaha lebih keras karena kegagalan adalah bagian kecil dari sebuah kegagalan. Sukses sejati adalah akumulasi dari kegagalan-kegagalan yang mampu diatasi.Yang terpenting bukan seberapa sering kita terjatuh dan gagal, tapi seberapa gigih kita berjuang untuk mampu bangkit kembali. Jangan takut menderita, karena hanya penderitaan hidup yang dapat mengajarkan kepada manusia akan arti keindahan dan nilai kehidupan.
f. Kekuatan Kepribadian
Kekuatan kepribadian juga berpengaruh besar terhadap kesuksesan. Orang yang disukai orang-orang di sekelilingnya karena memiliki kepribadian yang menarik adalah calon orang sukses. Jadilah orang yang gampang bergaul, beradaptasi, dan selalu memanusiakan manusia lain. Kita harus kaya mental. Kaya mental yang dimaksud adalah suka tantangan, berkompetisi, penuh tanggung jawab, disiplin dan menghargai waktu, cinta pada pekerjaan, penuh loyalitas dan dedikasi, mau bekerja keras, mudah bekerjasama, antusias, ulet, dan pantang menyerah. Selain itu, milikilah kepribadian yang berjiwa spiritual. Percayalah pada kekuatan spiritual, kekuatan doa. Kesuksesan yang kita usahakan, pada akhirnya ditentukan oleh Allah. Doa kesuksesan yang kita panjatkan juga tidak akan terkabul begitu saja tanpa usaha nyata. Jadi, kekuatan spiritual berkaitan dengan sukses. Dunia dan akhirat akan memberi tempat bagi orang yang kaya mental dan punya kekuatan spiritual.
Kekuatan kepribadian juga berpengaruh besar terhadap kesuksesan. Orang yang disukai orang-orang di sekelilingnya karena memiliki kepribadian yang menarik adalah calon orang sukses. Jadilah orang yang gampang bergaul, beradaptasi, dan selalu memanusiakan manusia lain. Kita harus kaya mental. Kaya mental yang dimaksud adalah suka tantangan, berkompetisi, penuh tanggung jawab, disiplin dan menghargai waktu, cinta pada pekerjaan, penuh loyalitas dan dedikasi, mau bekerja keras, mudah bekerjasama, antusias, ulet, dan pantang menyerah. Selain itu, milikilah kepribadian yang berjiwa spiritual. Percayalah pada kekuatan spiritual, kekuatan doa. Kesuksesan yang kita usahakan, pada akhirnya ditentukan oleh Allah. Doa kesuksesan yang kita panjatkan juga tidak akan terkabul begitu saja tanpa usaha nyata. Jadi, kekuatan spiritual berkaitan dengan sukses. Dunia dan akhirat akan memberi tempat bagi orang yang kaya mental dan punya kekuatan spiritual.
g. Kekutan Komitmen
Kekuatan komitmen berarti kekuatan untuk berani memperjuangkan targetbesar yang dibuat sampai sukses. Komitmen untuk melangkah, menjalankan target yang ingin dicapai.
Kekuatan komitmen berarti kekuatan untuk berani memperjuangkan targetbesar yang dibuat sampai sukses. Komitmen untuk melangkah, menjalankan target yang ingin dicapai.
MARI BERJUANG UNTUK MENCAPAI KESUKSESAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar